Malang, (10/9) - Gandeng beberapa pihak, Divisi Gastroenterohepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam (IPD) FKUB – RSSA mendapat banyak dukungan untuk menyelenggarakan bakti sosial dengan tema “Skrinning Hepatitis dan Penyuluhan Kesehatan Pada Anak Bina JKJT”.
Kegiatan yang dilaksanakan di Jalan Blitar 12 Malang ini merupakan langkah awal dalam upaya deteksi dini adanya indikasi penyakit Hepatitis B dan C bagi kalangan anak jalanan di Malang.
Agustinus Teja Bawana atau yang akrab disapa dengan “Ayah Teja” adalah Penggangas sekaligus Pendiri Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur (JKJT). Ia mengungkapkan rasa terima kasihnya terhadap kepedulian dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang (RSSA) yang telah menfasilitasi dan mengirimkan timnya untuk memberikan penyuluhan kesehatan serta melakukan Skrinning penyakit Hepatitis bagi anak binaan kami, ungkapnya.
Siapa sangka Pria yang berpenampilan nyentrik ala punk ini, menaruh kepedulian yang sangat besar terhadap para kaum marjinal yang selama ini dianggap negatif dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Meskipun awalnya ia mendapat pertentangan dari keluarga besar dan rekan-rekannya, tetapi ia mengaku sangat prihatin dengan kondisi pemuda yang rata-rata adalah korban dari ketidakadilan antara lain seperti; korban kekerasan seksual (pemerkosaan), anak yang kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, rata-rata berasal dari keluarga yang berpisah (broken home), dan faktor pengaruh lingkungan dalam pergaulan. Anak binaan kami sekarang sudah tercatat sebanyak 1800, yang aktif sekitar 800.
Kami senang dengan kepedulian dari FKUB yang telah menerjunkan SDM yang sangat membantu dan memberikan informasi bagi kami dan anak didik kami, semoga kegiatan seperti ini tetap dapat terus berlanjut, harapnya.
Sementara itu, dr. Syifa Mustika, SpPD selaku ketua pelaksana menyatakan, Tujuan awal dilaksanakannya kegiatan ini adalah dalam rangka memperingati hari Hepatitis sedunia.
Kami merencakan skrinning Hepatitis pada populasi beresiko, kali ini kita mepopulasi anak jalanan karena mereka rentan dengan penyakit Hepatitis B dan C karena memunkinkan terpapar dan penularan dari penyakit ini melalui beberapa faktor antara lain; dari orang tua yang mungkin memiliki riwayat penyakit tersebut, pengaruh lingkungan dan gaya hidup (minuman beralkohol, jarum suntik, tato dan pemakaian narkoba) serta seks bebas.
Kami ingin melakukan skrinning sehingga dapat mengetahui jumlah angka penderitanya dari kalangan anak jalanan ini, setelah itu lakukan beberapa upaya edukasi dan pemeriksaan lebih lanjut. Supaya mereka bisa menjaga bagi mereka yg posistif terjangkit penyakit Hepatitis akan segera kami bantu untuk penanganan lebih lanjut.
Pada kegiatan yang kami laksanakan hari ini, Jumlah panitia sekitar 30 PPDS – IPD , 15 DM, 15 orang dari Patelki Perhimpunan Analis laoboratorium, kerjasama dibantu oleh KOPI (Komunitas Perempuan Peduli Indonesia) , Lab. Prodia, dan Kimia Farma Laboratories.
Sedangkan jumlah peserta ditargetkan sebanyak 150 peserta, yang terdiri dari 35 anak – anak dan sisanya dewasa bahkan tadi juga ada peserta yang terkecil yakni ada bayi berusia 3 bulan sampai usia dewasa juga ada,. Kami memberikan
Tahapannya mereka datang registrasi, masuk anamesis dan pemeriksaan fisik, dilakukan pengobatan, masuk ke sesi skrinning sample darah untuk hepatitis B dan C , setelah itu mereka kami berikan penyuluhan, Setelah kami mengetahui hasil labnya dengan cepat maka diharapkan dapat dihitung jumlah angkanya, setelah itu ada tahap konseling karena keterbatasan waktu , bahwa hasilnya dikumpulkan, karena nanti dari pihak LSM yg akan menfasilitasi mereka untuk pengobatan lebih lanjut.
Saat ini sudah ada yg positif, sama seperti tahun lalu skrinning yang kami laksanakan di Lembaga Pemasayarakat (Lapas) Lowokwaru, telah didapatkan hasil prevalensi yakni 12% dan merupakan data prevalensi Hepatitis yang cukup tinggi.
Kami berharap kegiatan ini dapat berkelanjutan, sehingga setelah skrinning harusnya dilakukan upaya pengobatan dan edukasi, dan bagi yang belum harus dilakukan vaksinasi, dan berdasarkan data tersebut kami ingin memberikan masukan kepada pemerintah sehingga dapat dijadikan program vaksinasi massal karena kalau harus melakukan vaksinasi mandiri biayanya cukup mahal, dan kami ingin ada upaya pencegahan sehingga penyakit yang sangat banyak orang tidak menyadari adanya indikasi penyakit ini bisa tidak tertular dan memahami bahaya atau dampak dari penyakit Hepatitis ini.
Cara paling mudah kontak darah atau cairan tubuh, transfuse darah, jarum suntik, hubungan seksual, ibu ke anak pada saat kehamilan dan kelahiran, jarum suntik . Jadi hanya dengan ketemu ngobrol, atau sekedar makan bareng saya kira gak ada masalah, nah yang jadi masalah adalah ketika melakukan kontak fisik, ungkap dokter spesialis penyakit dalam tersebut.
Di Malang sendiri belum kami dapatkan jumlah angkanya, namun kami sduah dapat data di tingkat nasional sekitar 7-8 % . Harapannya, dengan kegiatan ini pertama kita bisa deteksi dini tidak bergejala bahkan sdh lanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati, krn kalau sdh terlambat akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bagi masyarakat.
Kami berharap acaranya dilanjutkan dan di dukung sepenuhnya oleh pihak terkait terutama Fakultas Kedokteran UB karena hal ini merrupakan pembelajaran yang sangat efektif, dengan ikut serta dalam kegiatan seperti ini kami meminta para mahasiswa dapat berlatih serta memberikan edukasi bagi masyarakat.Karena saat mereka sudah lulusdan berkiprah ditengah – tengah masyarakat, maka mereka bisa tahu bagaimana cara mengedukasi dan turun ke masyarakat. Bentuk pembelajaran secara nyata dan langsung serta Kerjasama seperti ini akan di wajibkan dan berkelanjutan tinggal nanti sasarannya kemana saja, harapnya.
Langkah yang kami laksanakan untuk bekerjasama dengan Komunitas ini adalah berkunjung dahulu semingggu sebelum acara. Kita ajak ngobrol dengan pendekata, kami juga membawa para PPDS dan Coass yang kita ajak meninjau lokasi dan dari sini kami diperlihatkan dan diberitahu bahwa untuk mendekati anak jalanan ini membutuhkan kesiapan mental yang kadang ketemu dengan banyak orang yang mungkin sensitive dan emosional meskipun hanya lewat kontak mata maka dapat menjadi masalah besar, tetapi kesulitan ini merupakan hal yang baru dan berkesan bagi kita dan kalau kita terjun dan membantu mereka, dan ada kepuasan tersendiri bagi kami.
Dan kami tadi juga mendapati ada seorang ibu yang baru melahirkan secara Caesar, dan minta tolong lepas jahitan karena faktor keterbatasan biaya sehingga tidak bisa control ulang ke dokter obsgyn, disitu kami merasa sangat tersentuh. Karena kami bukan dokter yang kompetensinya spesialis obsgyn, maka kami pun mencoba memberikan pertolongan dengan cara praktek menjadi seorang dokter umum kami menolong membersihkan luka bekas operasi dan mengganti dengan pembalut luka baru yang sesuai sesuai dengan kemampuan kami,.
Dari sini kami dapat berbagi pengalaman menemui banyak sekali golongan masyarakat yang selama ini terabaikan dan kurangnya kepedulian dan saat ini hepatitis C sudah bisa disembuhkan, tetapi kalau Hepatitis B masih harus mendapatkan perawatan lebih lanjut. Perlu diketahui bahwa Hepatitis tidak bergejala tetapi kami berharap seluruh masyarakat waspada dan sering memeriksakan kesehatannya untuk dapat mengetahui adanya indikasi awal penyakit sebelum terlanjur masuk stadium lanjutan.(An4nk – Humas FKUB)